Sepenggal Cerita Pegabdian Di Teras Negeri Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Seni Budaya Dan Keterampilan di SDS Tunas Sejahtera Seriang

Penulis:
Delky Akbar S.Pd,Gr.
Guru SDS Tunas Sejahtera Seriang
Kalimantan Barat

Berawal dari sebuah keinginan menyapa anak-anak bangsa yang berada di garis terluar negeri ini, saya Delki Ahbar, S. Pd.,Gr yang di takdirkan sebagai seorang guru Seni Budaya dan Keterampilan khususnya di bidang musik dengan hobi bertualang sekarang bertugas di SDS Tunas Sejahtera Seriang, Kec Badau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, tepatnya berbatasan dengan negara Malaysia. Sebagai seorang guru tentunya ideologi kuno yang berbunyi “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa” pastinya telah tertanam dalam diri, akan tetapi kata-kata tersebut bukanlah kata-kata yang mudah untuk dibuktikan, butuh banyak proses, rintangan dan halangan yang harus ditaklukan. Hidup di tengah-tegah hutan bukanlah sesuatu perkara yang mudah untuk dilalui, jauh dari kota, sinyal saja malu-malu untuk menghampiri, banjir di musim hujan, jalan licin sesudah hujan, dan jangan heran ketika kamu pergi ke sekolah celanamu sudah diselimuti lumpur, tapi itu bukanlah suatu kendala. Bagi saya, hal tersebut  adalah bunga-bunga yang menghiasi suatu perjalanan. Saya selalu punya keyakinan bahwa banyak mutiara-mutiara yang terpendam di sana dan saya harus menggalinya.

Tujuan pembelajaran merupakan suatu hal yang harus saya capai, karena tanpa tujuan yang jelas kita tidak akan pernah tahu apa yang akan kita tuju.  Sebagai seorang guru seni secara garis besar saya menginginkan dengan belajar seni musik peserta didik mampu bekerja sama, memiliki kedisiplinan, memiliki mental yang kuat serta memiliki tanggung jawab di lingkungan sekolah, rumah dan masyarakat. Selain itu, secara akademik saya berharap setelah siswa mendapatkan penguatan dari guru tentang musik modern dan tradisional, komposisi alat musik barat dan tradisional, dan karakteristik musik populer modern dan tradisional, maka siswa SDS Tunas Sejahtera Seriang mampu memainkan musiknya dengan baik dan  benar.

Secara khusus saya juga punya tujuan agar masing-masing peserta didik mampu menguasai setiap materi yang diberikan dan secara pribadi saya bertujuan ingin merangkul mereka bisa berkreasi di tingkat kabupaten, provinsi, nasional dan jika memungkinkan  sampai di tingkat internasional. Meskipun hal itu merupakan sebuah mimpi yang besar, akan tetapi setidaknya saya sudah bermimpi. Menuju tujuan tersebut bukanlah hal yang mudah, karena senjata pertama saya di sekolah SDS Tunas Sejahtera Seriang hanyalah berupa satu buah gitar akustik. Tidak ada yang lain. Satu buah gitar untuk bermain musik untuk jumlah siswa mencapai 60 orang itu sudah merupakan suatu tantangan. Tapi saya tidak ingin hal tersebut menjadi hambatan, benda apapun yang bisa dibunyikan saya jadikan alat musik seperti ember, pipa, ban bekas, panci, botol, kayu, kaleng-kaleng bekas, dan lain sebagainya. Berawal dari menggarap barang-barang bekas sebagai alat musik, saya dan anak-anak selalu berproses untuk belajar. Singkat cerita kami diundang dalam acara apresiasi kebun dan di sinilah saatnya membuktikan proses itu tidak akan menghkianati hasil. Anak-anak tampil dengan maksimal. Penampilan kami baik meskipun ada keprihatinan akan bakat dan minat siswa yang dibatasi oleh minimnya fasilitas. Akan tetapi, semua perjuangan kami tak sia-sia, penampilan kami mendapat apresiasi yang luar biasa dari pihak-pihak tertinggi di unit kebun dan sekolah pun mendapat bantuan dana untuk pembelian alat musik.

Kesempatan yang tidak mungkin disia-siakan, saya pun mulai berburu alat-alat musik tradisional nusantara. Angklung (Jawa Barat), Talempong (Sumatera Barat), Bansi (Sumatera Barat), Sarunai (Sumatera Barat), Puik-puik (Makasar) Djambe (Bali), Sape (Kalimantan Barat) merupakan sebagian kecil alat musik tradisional yang sempat didatangkan ke sekolah. Mengingat perkembangan zaman, dan budaya global tentu saja kami tidak ingin musik kami menjadi monoton karena hanya menggunakan alat musik tradisional, beberapa alat musik modern juga harus kami datangkan ke sekolah, seperti Biola, Gitar Bass, Gitar Elektrik, Drum dan Keyboard merupakan alat-alat musik modern yang siap untuk dipadupadankan dengan alat musik tradisional. Proses demi proses, rintangan demi rintangan, halangan demi halangan selalu mewarnai hari-hari kami dalam berkarya di balik rindangnya pepohonan sawit. Hidup di pinggir negeri dengan segala keterbatasan kini sudah tidak menghalangi mimpi-mimpi kami dalam berkarya, satu persatu karya kami pun mulai bergema di atas panggung. Alunan tepuk tangan dari penikmat musik kami pun mulai membakar semangat kami untuk terus terbang mengejar mimpi-mimpi yang sudah dibangun.

Delky_gambar 1
Penampilan memperingati Hari Kartini
Delky_gambar 3
Musikalisasi puisi
Delky_gambar 4
Harmonisasi berbagai macam jenis alat musik
Delky_gambar 5
Penampilan di SDS Tunas Sejahtera Sungai Tawang, dalam rangka memeriahkan OSN dan PORSENI

Konsep musik yang saya bangun di SDS Tunas Lestari Sejahtera ini adalah konsep musik Ansambel campuran, yaitu bermain musik secara bersama-sama dengan menggunakan alat musik yang beragam, baik itu modern maupun etnik. Dengan menggunakan model pembelajaran Partisipatif, Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) yang dipadukan dengan permainan cipta melodi. Sebelum metode ini, saya pernah menerapkan model pembelajaran “Tutor Sebaya” yaitu dengan cara siswa-siswa yang sudah bisa akan membantu siswa-siswa yang belum bisa. Pembelajaran ini cukup efektif, namun pembelajaran dengan metode ini tidak bisa diterapkan terus-menerus. Sebelumnya, saya menerapkan model pembelajaran Teacher Center. Pembelajaran ini saya berikan untuk memberikan teori dasar musik, dan model ini hanya bisa di gunakan di awal pembelajaran saja, karena tidak bagus untuk perkembangan kreatifitas siswa jika diberikan secara berkelanjutan. Untuk materi pembelajaran saya berikan kepada siswa disertai dengan Pendekatan/Metode Pembelajaran “Saintifik” dan pembelajaran berbasis proyek. Sedangkan metode pembelajaran yang biasa dipakai yaitu ceramah, tanya jawab, demonstrasi (unjuk kerja) dan penugasan kelompok. Adapun alat dan media pembelajaran yang digunakan yaitu seperti komputer, proyektor, alat musik modern, alat musik tradisional, media pemutar musik, dan juga slide presentasi.

Demikianlah tulisan singkat pengalaman saya selama kurang lebih satu setengah tahun di pulau Borneo, tepatnya di SDS Tunas Sejahtera Seriang yang berawal dari satu buah Gitar akustik yang didukung oleh semangat juang yang besar. Walaupun berada di ujung negeri, tetapi musik kami sudah sudah mampu mengimbangi musik di sekolah-sekolah di kota. Setiap waktu kami selalu mengejar mimpi-mimpi kami, dan sayapun juga selalu menanamkan kepada anak-anak sebuah teori yang mengatakan ”Jika kau bisa terbang maka terbanglah, tapi jika kau tak bisa terbang maka berlarilah, jika kau tak bisa berlari maka berjalanlah, kalau berjalan pun kamu tak bisa maka merangkaklah, tapi ingat apa pun yang kamu lakukan tetaplah melangkah maju ke depan”. Keterbatasan bukanlah perang yang bisa membunuh kreatifitas, teruslah berproses karena proses itu takan pernah mengkhianati hasil.

Pemenang Ketiga Lomba Menulis Guru Yayasan Tunas Lestari Sejahtera Tahun 2018



Comments

2 responses

  1. hallo admin apakah acara ini tahunan?

  2. Sarjani Avatar

    Saya,, ingin bergabung dengan yayasan Tunas Sejahtera,, untuk mendidik anak-anak diperkebunan,, salam dari saya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *